Senin, 07 April 2008

Slawi, Cuaca Buruk, Harga Gabah Rendah

Rendahnya harga gabah yang diterima petani pada musim panen kali ini, dipengaruhi oleh faktor cuaca. Akibat hujan yang masih sering turun, kadar air pada gabah menjadi tinggi. Harga gabah terpaksa disesuaikan dengan kadar air yang ada.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal, Toto Subandriyo, Selasa (25/3). Menurut dia, dari hasil pengecekan di sejumlah lokasi panen di Kabupaten Tegal, kadar air pada gabah kering panen atau GKP mencapai 31 persen.

Padahal sesuai standar, kadar air pada GKP sebesar 25 persen. Akibatnya, harga pembelian gabah terpaksa disesuaikan dengan kadar air tersebut. Saat ini, rata-rata harga GKP yang diterima petani sebesar Rp 1.700 per kilogram. Dengan kadar air yang tinggi, harga tersebut sebenarnya sudah memenuhi standar harga pembelian pemerintah atau HPP.

Selain itu, kualitas panen di beberapa wilayah juga kurang bagus, akibat adanya serangan hama penggerek batang dan kresek. Butir padi banyak yang kosong, sehingga produktifitas yang dihasilkan rendah.

Toto mengatakan, selama Februari hingga Maret, panen di wilayah Kabupaten Tegal sudah mencapai 14.000 hektar. Panen raya diperkirakan akan berlangsung bulan April mendatang, seluas 15.000 hektar.

Apabila hujan masih sering turun, diperkirakan harga gabah tidak akan naik. Namun apabila cuaca mulai kering, kualitas gabah akan membaik. Petani dapat memperoleh gabah dengan kadar air rendah, sehingga harganya tinggi.

Selain itu dalam pengadaan beras, ia berharap agar Bulog lebih mengintensifkan satgas daripada mitra kerja. Melalui satgas, petani dapat menjual gabah secara langsung kepada pemerintah, berapa pun kadar air yang ada di dalamnya. Sementara melalui mitra, petani tidak dapat menjual gabah secara langsun g kepada pemerintah.

Sejumlah petani di Kabupaten Tegal dan Brebes mengeluh rugi, akibat rendahnya harga gabah saat ini. Marjuki (55), petani di Desa Randusari, Kecamatan Pagerbarang mengatakan, harga jual gabah yang diperolehnya hanya Rp 1.600 per kilo gram. Dari lahan seluas 8.000 meter persegi, ia hanya memperoleh hasil Rp 5,6 juta. Padahal biaya yang dikeluarkannya mencapai Rp 6 juta.

Menurut dia, kualitas panen yang dihasilkan kali ini memang kurang bagus. Selain kadar airnya tinggi, tanamannya juga terserang hama penggerek batang. Meskipun demikian, ia berharap agar pemerintah menaikkan harga pembelian gabah, agar petani tidak semakin terpuruk.

Wakil Kepala Bulog Sub Divre VI Pekalongan, Opa Sutiyana mengatakan, pengadaan beras oleh Bulog mulai berlangsung sejak awal Maret lalu. Dari target 100.000 ton, saat ini sudah terealisasi sekitar 13.000 ton. Diperkirakan, target pengadaan beras akan tercapai pada bulan Juni.

Meurut dia, HPP beras tahun ini masih sama dengan tahun lalu, sebesar Rp 4.000 p er kilogram. HPP GKP sebesar Rp 2.000 per kilogram, sedangkan HPP gabah kering gilig atau GKG sebesar Rp 2.600 per kilogram. Apabila muncul harga yang lebih rendah di pasaran, hal itu diperkirakan akibat tidak terpenuhinya kualifikasi, seperti kadar air dan hampa kotoran yang terlalu tinggi.

Sumber : www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar